Belanja Murah dan Gampang

lazada.com

4.1.14

KISAH SAHABAT NABI

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas ra. : ketika menjelang wafatnya, Rosulullah SAW. Memerintah sahabat Billal bin Robah ra. untuk mengajak para sahabat melaksanakan sholat sunnat. Kemudian para sahabat muhajirin dan sahabat anshor berkumpul di masjid Rosulullah SAW.

Rosulullah bersama para sahabat melaksanakan sholat 2 rokaat, kemudian beliau berdiri diatas mimbar dan berkhutbah :
“Wahai golongan orang-orang muslim, sesungguhnya aku bagimu adalah seorang nabi, seorang yang memberi nasehat dan orang yang mengajak kepada Allah SWT atas izin-Nya. Dan aku bagimu seperti saudara kandung dan ayah yang penyayang. Bagi siapa saja yang pernah aku sakiti, berdirilah dan mintalah tebusan kepadaku sebelum penghukuman di hari kiamat ?”
Tidak ada satupun sahabat yang berdiri sampai Rosulullah SAW mengulangi perkataan beliau 3 kali. Tiba-tiba seorang yang bernama I’kasyah bin Muhshin berdiri dan menghadap kepada Rosulullah SAW dan berkata :
“Wahai Rosulullah, jika engkau tidak benar-benar mengulangi perkataanmu maka aku tidak akan berdiri dihadapanmu karena hal itu.

Sungguh aku bersamamu ketika terjadi perang badar, untaku berlari bersama untamu. Aku berhenti dan turun dari untaku kemudian aku mendekatimu sampai aku mencium pahamu (karena menghormati dan memulyakan Rosulullah SAW). Tetapi engkau memukul perutku dengan kayu cameti yang engkau gunakan untuk memukul untamu agar berlari cepat. Aku tidak tahu apakah itu sengaja atau engkau melakukannya untuk memukul untamu ???”
Kemudian rosulullah SAW berkata kepada Bilal :
“Wahai Bilal, pergilah ke rumah Fatimah dan ambillah kayu cemeti yang aku gunakan untuk memukul untaku”

Kemudian Bilal pergi meninggalkan masjid menuju rumah Fatimah dalam keadaan sedih dan tangan kepalanya, ia berkata kepada dirinya sendiri :
“Inikah Rosulullah, ia menghukum dirinya sendiri”

Tak lama sahabat Billal pun sampai dirumah Fatimah, ia segera mengetuk pintu rumah Fatimah “dok dok dok” Fatimah berkata :
“Siapa didepan pintu ?”
Sahabat Bilal berkata :
“Aku datang untuk mengambil kayu cemeti Rosulullah”
Lalu Fatimah membukakan pintu rumahnya dan bertanya :
“Apa yang akan dilakukan ayahku dengan kayu cemeti ini”
Sahabat Bilal menjawab :
“ Wahai Fatimah, sungguh ayahmu akan menghukum dirinya dengan kayu cemeti ini”

Lalu Fatimah berkata :
“Siapa yang rela hati menghukum Rosulullah ?”
Kemudian sahabat Bilal mengambil kayu cemeti itu, ia kembali ke masjid dan menyerahkan kayu cemeti kepada Rosulullah SAW. Sedangkan Rosulullah menyerahkannya kepada sahabat I’kasyah. Ketika sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab melihat hal tersebut, mereka berdua serentak berdiri dan berkata :

“Kami berdua ada dihadapanmu, hukumlah kami tapi jangan kamu menghukum Rosulullah”

Rosulullah SAW berkata :
“Duduklah kalian berdua, sungguh Allah mengetahui tempat kalian”
Kemudian sahabat Ali bin Abi Tholib berdiri dan berkata :
“Aku telah hidup bersama Rosulullah, tetapi hatiku tak akan rela kamu menghukum Rosulullah, ini punggung dan perutku, hukumlah dan pukulkan dengan tanganmu !”

Rosulullah SAW berkata :
“Wahai Ali, sungguh sungguh Allah mengetahui tempat dan rumahmu”
Kemudian Hasan dan Husain (cucu Rosulullah SAW) berdiri, mereka berdua berkata :
“Apakah kamu tidak mengetahui kami adalah cucu Rosulullah, hukumlah kami seperti kamu mau menghukum Rosulullah”

Rosulullah SAW berkata :
“Duduklah wahai penenang hatiku”
kemudian Beliau berkata :
“Wahai I’kasyah, pukullah aku jika kamu ingin memukul”

sahabat I’kasyah berkata :
“Wahai Rosulullah, Engkau memukulku sedangkan aku dalam keadaan tidak berpakaian”

Kemudian Rosulullah SAW melepas pakaian sehingga para sahabat menangis dengan keras. Dan ketika sahabat I’kasyah memandang tubuh Rosulullah SAW yang putih, ia berpaling dan memncium punggung Rosulullah SAW dan berkata :
“Wahai Rosulullah, siapa yang akan rela hatinya menghukummu, wahai Rosulullah ? sesungguhnya aku melakukan ini berharap tubuhkuku menyentuh tubuhmu yang mulia, sehingga Allah akan menjagaku dari neraka karena menghormatimu”

Kemudian Rosulullah SAW berkata :
“Barang siapa yang suka melihat alhi surga, maka hendaklah ia melihat orang ini”
Para sahabat pun berdiri dan menghampiri sahabat I’kasyah dan berkata :
“Keberuntungan bagimu, engkau memperoleh derajat tinggi dan menemani Rosulullah di surga”

Kisah ini diambil dari Kitab Durrotun Nashihin karangan Syekh Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiri Al-Khoubawiy, Hal. 57-58

Mari kita perbanyak membaca shalawat Nabi dan berusaha sekuat mungkin menjalankan sunnah2 beliau sebagai salah satu bukti cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW.

KISAH ANAK KATAK

Kisah Katak saat Hujan Turun

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap.

"Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?" ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya.

Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik," jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil.

"Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu? " tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan.

Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati
tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar.

"Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!"
ucapnya sambil terus memejamkan mata.

"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan.

Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!"

RENUNGAN :

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, pasti akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan.
Tetaplah semangat saudara-saudaraku !.
SELAMAT BERAKTIFITAS.... !

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes