1.9.20
21.4.14
AIB RANAH MINANG
Siswi MTs yang menjadi korban pemerkosaan dan penyekapan selama lima hari oleh 10 orang (gang rape) di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat, mendapatkan penanganan serius dari dua psikiater, satu psikolog dan tiga dokter di salah satu rumah sakit jiwa (RSJ) di Padang, Sumatra Barat.
“Awalnya korban tidak mengenal siapa dirinya, apalagi dengan orang di sekitarnya,” kata ayah korban berinisial YE, saat dihubungi RoL ,dari Jakarta Ahad (20/4).
YE mengatakan, setelah mendapatkan penanganan di RSJ Padang, korban mulai mengenali diri sendiri bahkan mulai mengingat bagaimana kejadian yang dilakukan para pelaku.
Korban mengatakan kepada sang ayah bahwa selama disekap, tidak ada makanan yang diberikan. Saat kondisi korban sadar, pelaku memberi rokok dan minuman keras disertai dengan tindak kekerasan dan asusila.
Kejadian bermula saat korban berpamitan untuk belajar kelompok bersama teman-teman sekolah untuk mempersiapkan ujian nasional (UN), tepatnya pada Selasa (18/3) sore.
“30 menit kemudian, korban menelepon hanya mengatakan ‘mama mama mama’, dari nada bicaranya yang tidak enak lalu saya susul,” lanjut ayah korban.
Karena tidak menemukan sang anak, malamnya, keluarga besar melapor kepada pihak kepolisian. Tetapi, sayangnya polisi hanya menerima laporan keluarga korban dan tidak langsung mengadakan pencarian.
Korban ditemukan pada Sabtu (22/4) ketika seorang laki-laki yang tidak mau disebutkan namanya mendengar sebuah berita ada anak gadis yang hilang pada Selasa. Pria itu lalu datang ke Polsek Guguk untuk melihat foto anak hilang, dan ternyata sama dengan gadis yang dia lihat pada Selasa lalu, di sebuah bukit.
Pria ini mengatakan, ada seorang gadis yang meminta tolong. Gadis tersebut berada di pematang sawah bersama dua pria. Korban lalu dibawa ke bukit dengan ekspresi yang sangat ketakutan. Saat itu, pria ini belum mendengar adanya laporan orang hilang. Dengan alasan tidak mau mencampuri urusan orang lain, pria ini tidak mencari tahu lebih lanjut.
23.3.14
Syekh Yasin Al-Fadani, Putra Minang yang Jadi Guru di Makkah
Ulama ini bahkan mendapatkan gelar Almusnid Dunya atau yang berarti ulama ahli musnad dunia dalam keahliannya di bidang ilmu periwayatan hadis. Namanya sangat terkenal, terutama bagi kalangan pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Makkah. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan ijazah sanad hadis darinya.
Lahir di Makkah pada 1916, pria yang mempunyai nama lengkap Abu al-Faidh' Alam ad-Diin Muhammad Yasin bin Isa al-Padani ini telah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa.
Ketika remaja, ia mampu mengungguli rekan-rekannya dalam hal penguasaan ilmu agama, terutama di bidang hadis dan fikih yang membuat para gurunya kagum terhadapnya. Ini membuat orang tuanya, Syekh Muhammad Isa bin Udiq al-Fadani dan Maimunah binti Abdullah Fadani, sangat bangga.
Selain berguru langsung pada kedua orang tua yang ahli agama ini, ia juga banyak belajar dari pamannya sendiri, yaitu Syekh Mahmud Engku Hitam al-Fadani.
Guru-gurunya yang lain, yang banyak memengaruhi pendidikannya adalah Syekh Muhktar Usman, Syekh Hasan al-Masysath, Habib Muhsin bin Ali al-Musawa, dan banyak lagi ulama terkemuka lainnya di ash-Shautiyyah, lembaga pendidikan tempatnya mengabdi.
Sekitar 1934, terjadi sebuah konflik. Direktur Ash-Shautiyyah telah menyinggung beberapa pelajar asal Asia Tenggara, terutama dari Indonesia, maka Syekh Yasin mengemukakan ide untuk mendirikan Madrasah Darul Ulum di Makkah.
Niat untuk menunjukkan rasa nasionalisme pada bangsanya ini membuat para pelajar Ash-Shautiyyah berbondong-bondong pindah ke Madrasah Darul Ulum, padahal madrasah tersebut masih baru.
Syekh Yasin kemudian menjabat sebagai wakil direktur Madrasah Darul Ulum Makkah, selain masih mengajar di berbagai tempat, terutama di Masjidil Haram. Materi-materi yang disampaikan mendapat sambutan yang luar biasa, terutama dari para pelajar asal Asia Tenggara.
3.3.14
PESONA KELOK 9
Tahukah kamu pemandangan ini ada di Indonesia?
Ya,namanya adalah Jembatan Kelok 9.
Kelok 9 atau Kelok Sembilan adalah ruas jalan berkelok yang terletak sekitar 30 km sebelah timur dari Kota Payakumbuh menuju Provinsi Riau. Jalan ini membentang sepanjang 300 meter di Jorong Aie Putiah, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat dan merupakan bagian dari ruas jalan penghubung Lintas Tengah Sumatera dan Pantai Timur Sumatera. Jalan ini memiliki tikungan yang tajam dan lebar sekitar 5 meter, berbatasan dengan jurang, dan diapit oleh dua perbukitan di antara dua cagar alam: Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Harau.
Di sekitar Jalan Kelok 9 saat ini telah dibangun jembatan layang sepanjang 2,5 km. Jembatan ini membentang meliuk-liuk menyusuri dua dinding bukit terjal dengan tinggi tiang-tiang beton bervariasi mencapai 58 meter. Terhitung, jembatan ini enam kali menyeberangi bolak balik bukit.
Jembatan ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober 2013.meskipun telah beberapa kali dibuka untuk menunjang arus mudik lebaran dan penyelenggaraan Tour de Singkarak dua tahun sebelumnya.
12.2.14
5.2.14
RENCANA PENGEMBANGAN WISATA KELOK 9
Kelok 44 dekat Danau Maninjau, Silaiang dekat Lembah Anai, Sitinjau Laut dekat pabrik Semen Padang, dan Kelok 9 di Limapuluh Koto merupakan yang terkenal. Beberapa penulis lagu minang lama menjadikan mereka sebagai syair.
Jusaf Rahman misalnya, membuat lagu berjudul "Kelok Sambilan". Syair pertamanya: "Mandaki jalan ka Payokumbuah/ Baranti tantang Kelok Sambilan/Ondeh Baranti tantang Kelok Sambilan/ Dimalah hati indak ka rusuah/ Sadang basayang adiak bajalan". (Mendaki jalan ke Payakumbuh/ Berhenti di Kelok Sembilan/ Tentu saja hati gelisah/ Sedang berkasih-mesra adik berjalan).
Jalan Kelok 9 merupakan jalan negara sangat vital menghubungi dua provinsi di Sumatra bagian tengah, Sumatra Barat dan Riau. Jalan yang dibangun Kolonial Belanda pada 1908-1914 dan dioperasikan pada 1930 telah menjadi bagian sejarah di Sumatra Barat.
Pada 31 Oktober 2013 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Fly Over Kelok 9. Sebuah jalan baru yang lapang dengan 6 jembatan berdiri melayang di atas jalan lama yang sempit. Jalan baru megaproyek pemerintah pusat sepanjang 943 meter jembatan dan 2 km jalan, itu dikerjakan 10 tahun dengan total biaya Rp602,55 miliar.
Yudhoyono selama kunjungan di Sumatera Barat pekan lalu dalam berbagai kesempatan memuji keindahan konstruksi Fly Over Kelok 9 yang dikerjakan putra-putri Indonesia dan keindahan panorama alamnya.
"Bagi yang belum melihat langsung, datanglah, saya percaya akan menambah rasa bangga terhadap Indonesia, sebuah ikon konstruksi yang monumental," kata Presiden saat peresmian di Padang. "Pemandangannya sangat mengagumkan dengan hutan yang masih hijau," katanya di Istano Basa Pagaruyuang.
Kawasan Kelok 9 saat ini sedang disiapkan untuk menjadi Kawasan Wisata Alam. Kementerian Pekerjaan Umum sedang menggelar Sayembara Gagasan Perancangan Arsitektur Kawasan Kawasan Kelok 9 dengan konsep "Nature and Engineering in Harmony". Pemenang sayembara ini akan diumumkan 2 Desember.
Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Limapuluh Kota, Ali Hasan mengatakan, menunggu hasil desain sayembara tersebut untuk menindak lanjuti pembangunan Kawasan Wisata Kelok 9. Namun pihaknya sudah memiliki sejumlah gagasan yang ditawarkan ke Kementerian Pekerjaan Umum.
Rencana itu, kata Ali, mengosongkan jalan lama sepanjang lebih 940 meter itu dan memfungsikannya hanya untuk kegiatan wisata. Di mulut jalan lama di Selatan dan di Utara masing-masing akan dibangun rest area tempat mobil-mobil parkir, lokasi warung berjualan makanan dan cenderamata.
"Untuk menikmati jalan lama yang bernilai historis dan pemandangan indah pengunjung bisa naik mobil wisata terbuka yang disediakan," katanya.
Rencana lain membangun beberapa "mounted" atau bangunan tempat menikmati pemandangan yang dapat dinikmati para pengunjung untuk lokasi berfoto dengan background jalan Kelok 9 baru dan lama. Di sana juga akan dibangun taman bunga.
Selain itu juga ada lokasi tempat pengunjung menikmati alam sambil pesta barbeque atau mengikuti tracking ke hutan sekitar, flying fox, dan bungee jumping. Bungee jumping atau olahraga terjun pakai tali di kaki dari jembatan layang, katanya, diusulkan dengan memberi kanopi untuk lokasi di jembatan Kelok 9 yang memiliki sungai di bawahnya.
"Kami mengusulkan konsep wisata berbasis lingkungan dengan atraksi menantang, sehingga bisa menarik pengunjung dan tetap menjaga kawasan konservasi," ujarnya.
Fasilitas-fasilitas wisata ini sangat mendesak, kata Ali, karena pemandangan Kelok 9 yang luar biasa selalu menarik perhatian pengendara untuk berhenti menikmati dan memotret. Padahal kegiatan itu sangat berbahaya jika dilakukan di bahu fly over.
Kawasan Kelok 9 dimiliki tiga lembaga, Kementerian Pekerjaan Umum yang memiliki jalan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat yang memiliki kawasan hutan Suaka Alam Air Putih, dan Pemkab Limapuluh Kota yang memiliki daerah. Saat ini status kawasan sudah diturunkan menjadi Kawasan Wisata Alam.
"Kami sangat berharap usulan kami diterima dan pembangunan infrastruktur wisatanya juga di danai pemerintah pusat, karena budget kami sangat terbatas, tapi kami siap mengelolanya," katanya beberapa waktu lalu.